UANG GHAIB,

 



 

Ini kisah seorang penjual mie ayam di kompleks perumahan. Perumahan ini baru dan belum terlalu banyak penghuninya. Sebut saja Pak Tono dan Bu Aisyah selaku pemilik sekaligus pengelola warung mie ayam tersebut.

Mereka berdua berasal dari wonogiri. Seperti yang kita tahu banyak penjual mie ayam dan bakso yang berasal dari sana membuka usaha warung makan mie ayam dan bakso. Lantaran di kompleks perumahan tersebut cukup jauh dari warung makan mereka pun berinisiatif untuk membuka warung mie ayam. Kebetulan lokasi rumah mereka berhadapan langsung dengan jalan raya sehingga mudah terlihat oleh orang yang berlalu-lalang.

Setelah mereka membuka warung tersebut pembelinya adalah warga sekitar kompleks perumahan dan beberapa anak sekolah yang melewati jalan tersebut. Tidaklah ramai, namun mereka tetap berjualan seperti biasa, berharap suatu saat nanti akan banyak pelanggan yang membeli mie ayam di warung mereka.

Namun apalah daya, Pandemi Covid-19 datang melanda. Membuat aktivitas orang-orang berkurang, perekonomian pun ikut menurun yang berdampak pada hasil penjualan mie ayam. Meskipun begitu pak Tono dan bu Aisyah tetap sabar dan terus berjualan meski sepi pembeli.

Hari demi hari pun berganti, akhirnya mereka terpaksa menutup warungnya dikarenakan tidak adanya pembeli sembari berharap suatu saat kondisi akan Kembali normal. Hingga akhirnya Pemerintah mengumumkan era new normal meski berbagai kegiatan masih dibatasi. Dan pak tono pun berinisiatif untuk membuka warungnya kembali meski mengurangi jumlah stok mie ayam mereka.


Mereka mulai berjualan pukul 13.00 WIB hingga larut. Hanya ada satu dua orang yang membeli mie ayam mereka setiap harinya, bahkan kadang tidak ada pembeli sama sekali. Dua minggu berjualan belum ada perubahan peningkatan jumlah pembeli, mereka masih terus bersabar dan berdo’a agar banyak pembeli. Di hari berikutnya tepatnya hari kamis sampai dengan pukul 22.00 WIB masih belum ada satupun pelanggan yang membeli mie ayam mereka.


 

Tiba-tiba pukul 22.30 WIB saat mereka hendak menutup warung, banyak pelanggan yang datang dengan berjalan kaki hendak membeli mie ayam. Hati pak Tono dan bu Aisyah pun Bahagia karena banyak pelanggan, setidaknya 20 porsi mie ayam yang mereka sediakan hari ini habis dan uang yang mereka dapat bisa digunakan untuk membeli bahan mie ayam lagi.

Seperti biasanya penjual dan pembeli bertanya asal dari mana adalah hal yang lumrah, pak tono pun bertanya kepada salah satu pembeli tersebut berasal dari mana dan pembeli pun menjawab dari “kampung sebelah”, pak Tono pun tidak menaruh curiga dan tidak lagi bertanya.

Setelah pembeli selesai menghabiskan mie ayam, mereka pun membayar dan berjalan pulang. Namun terkejutlah pak tono saat melihat mereka masuk ke gang depan kompleks perumahan yang mana gang tersebut menuju ke makam dan di ujung gang tidaklah ada perkampungan.

Pak Tono seketika membuka laci tempat ia meletakkan uang yang dibayarkan oleh pembeli itu. Masih utuh, uang itu tidak berubah menjadi daun. Namun setelah pak Tono melihat uang tersebut pak Tono sudah tidak melihat pembeli yang tadi masuk gang. Tidak ada suara Langkah kaki yang seharusnya terdengar, tidak ada suara orang bercengkrama sama sekali. Ya…. Pembeli itu hilang entah kemana.

Setelah kejadian itu, pak Tono dan bu Aisyah memutuskan untuk tidak berjualan lagi sampai sekarang. Dan uang yang mereka dapat dari penjualan itu sebagian mereka amalkan ke masjid.

 

Cerita ini diambil dari kisah nyata.

 

 

Penulis

M. Tri Wahyu S.

Komentar